Fajar itu cukup indah, ketika santri Ponpes "Roudlotun Ni'mah" di Jl. Supriyadi Gg. Kalicari IV No.3 Semarang mengawali kegiatan hariannya. Sudah menjadi tradisi ketika Fajar Merekah menyisakkan 1/3 waktu malam terakhir, santri melaksanakan Solat Tahajjud, disusul Solat Fajar, Qobliyah Subuh dan Solat Subuh. Memang mereka terlihat semangat, khusyu dan benar-benar menikmati hari2nya untuk beribadah mengaji menuntut ilmu.
Terlihat Umi Lulu istri tercinta KH. Drs. Ali Shodiqin atau lebih akrab disapa Gus Ali, bersiap2 mengajar Alqur'an, yang memang rutinitas ini dilakukan setelah dzikir Solat Subuh yang biasanya dibacakan Rotibul Haddad oleh santri dan dipimpin Santri yang lebih Senior.
Pondok pesantren ini memang lebih fokus mengarah ke Hafal Alqura'n disamping ilmu2 lain, Fiqih, Tauhid, dan kajian kitab2 kuning lain yang di asuh oleh Al Ustads Khudori Adz-DzimaiDemaki.
Selain fokus dalam keilmuan agama, santri2 disini juga diberi kesempatan untuk belajar ilmu umum sekolah sekitar, ada yang SD, SMP, juga banyak yang SLTA dan Sekolah Kejuruan semua atas biaya ponpes. Memang menuntut ilmu disini tidak dkenakkan biaya sepeserpun bahkan Gus Ali sebagai pengasuh siap beri beasiswa bagi santri yang berprestasi untuk sekolah yang lebih tinggi lagi.
Lalu apa sih Karakteristik Nyentrik dari Sosok Gus Ali??
Secara tegas Gus Ali menyebutkan perbedaan mendasar adalah, pihaknya lebih banyak mengasuh dan menerima santri-santri dari golongan hitam yang diwadahi dalam "Mutiara Joko Tingkir".
Tercatat ada preman, gali, pengamen, anak jalanan bahkan PSK pernah menjadi santrinya. Meski tidak sedikit yang berasal dari kalangan umum seperti pekerja swasta, pelajar, mahasiswa bahkan pejabat.
Jadi jangan salah mengira, jika kiai gaul berambut gondrong nan nyentrik ini lebih sering di sebut Kyai Gali, kita jumpai di tempat-tempat dugem seperti diskotek dan kawasan Simpanglima, karena hal tersebut semata-mata ia lakukan hanya untuk berdakwah. Hanya saja dengan metode yang berbeda.
VISI & MISI KEDEPAN